Citos dini hari. Kalender sudah menunjuk Minggu. Sekelebat sosok lewat. Cantik. Tinggi. Langsing. Matang 30+. Bersama rombongan. Duduk di pojok tempat ngopi. Tangan rapikan rambut. Lengan terbuka. Bulu ketiak itu.
Bulu. Di ketiak. Oh! Sebuah perlawanan terhadap jaman. Ketika semua salon sediakan laser sampe obat untuk hilangkan bulu ketiak dia tetap piara. Hitam. Lurus. Lemas.
Dia wanita yang bahagia. Puas dengan dirinya. Bisa terima dirinya sendiri. Penuh percaya diri. Sungguh bahagia. Dia tetap pantas piara bulu ketiak karena itu menambah sex appeal. Kulit putih bersih. Tank top hitam. Bulu ketiak. Kontras yang indah.
Dia pantas berbahagia. Tak semua wanita pantas memiara bulu ketiak. Salah-salah akan tampak jorok menjijikkan, matikan selera.
Dia menelefon pakai HP. Angkat lengan. Bulu ketiak itu terlihat lagi. Dia tahu sepasang mata bajingan tua menatap bulu itu. Terus menelefon. Tapi tak bicara. Mungkin mendengarkan di tengah keriuhan.
Dia tetap tahu. Sangat tahu. Sepasang mata menikmati bulu ketiaknya. Exhibitionism bertemu fetishism. Ini ketiakku, bahasa tubuh itu mengabarkan. Baiklah kunikmati bulu ketiakmu sayang, sahutan dalam hati menanggapi.
Matanya menatap penikmat ketiaknya sepintas. Kemudian ohhhh… tangan kiri tetap pegang HP. Lengan diangkat. Jemari tangan kanan mengelus bulu. Rombongannya tak hirau. Sibuk ketawa-ketiwi main kartu.
Mata tua ini jengah. Lalu melengos. Meneruskan majalah gratisan. Tapi otak memutar rekaman lama. Wanita cantik baik hati perenggut keperjakaan dengan tubuh berkulit putih dan bulu ketiak lebat. Bulu yang tumbuh pada ketiak beraroma khas, kadangkala merangsang bangkitkan nafsu tapi kadangkala datangkan kedamaian.
Seorang remaja dapatkan kehangatan dari wanita dewasa yang berketiak lebat. Di sanalah dia lekatkan wajah saat gundah sampai hati tenang dan tertidur. Di sanalah dia gesekkan hidung dan bibir penuh gemas manakala batangnya menancap dalam genggaman lembab padahal tak lama lagi sesuatu yang tak sabar di dalam akan segera tumpahkan sesuatu yang lengket.
Bocah remaja itu setelah dewasa masih menyukai bulu ketiak wanita cantik putih tertentu. Ada kata “tertentu” karena tak semua bulu ketiak indah dan merangsang.
Dia dapatkan bulu ketiak dari para lonte. Dari tante kesepian. Dari teman kencan. Sungguh sayang jumlah wanita sexy berketiak lebat akhirnya berkurang karena fashion tak menginginkannya.
Terputar lagi rekaman lama saat remaja di benak. Bulu ketiak lebat Eva Arnaz yang bertubuh padat. Bulu ketiak Yenny Farida yang tak cantik tapi sensual dalam pose kalender. Bulu ketiak Fortunella muda bersusu besar kencang dalam film Warkop dan majalah hiburan. Bulu ketiak Rani Soraya dan Rani Manoppo. Bulu ketiak Kiki Fatmala remaja. Bulu ketiak Yurike Prastika remaja. Bulu ketiak aktris asing Brigitte Lin Ching Shia yang yang sempat dibiarkan tumbuh menjadi super indah. Bulu ketiak aktris Ornella Muti yang kecoklatan. Bulu ketiak video porno Perancis, Italia, Belanda, Swedia jaman dia remaja. Dan tak ketinggalan bulu ketiak anggota studio senam ibunya di rumah.
Bulu ketiak indah (yang tak dimiliki semua wanita) biasanya ditemani oleh jembut yang mempesona.
Well, ternyata bukan gua aja pengagum, penggemar, penikmat dari bulu ketiak cewek. Terus terang gua sangat respect terhadap cewek yang masih melindungi bulu ketiaknya. Abis jarang lo sekarang cewek yang berbulu ketiak. Ada semacam daya tarik sexual dimataku untuk wanita yang berbulu ketiak. Ini bukan kelainan, ya semacam sense of love lah. Bagi para penggemar bulu ketiak bisa searching di hairydivas.com